SEJARAH RUNTUHNYA OTTOMAN TAHUN 1981

Ottoman / Usmani adalah nama yang pastinya tidak asing bagi anda yang pernah membaca sejarah dinasti-dinasti Islam. Benar, itu adalah nama dari sebuah negara kekaisaran yang terkenal karena berhasil menaklukkan Konstantinopel & mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur / Byzantium. Ottoman juga terkenal karena dari negara ini pulalah, terdapat pasukan Janissary yang terkenal sebagai salah satu pasukan terkuat di Abad Pertengahan. Namun, kita tidak bisa lagi melihat Ottoman di masa kini karena negara monarki tersebut kini sudah runtuh & digantikan oleh Republik Turki.

Bergantinya Kesultanan Ottoman menjadi Republik Turki merupakan efek dari semakin merosotnya kekuatan Ottoman selama berabad-abad. Diawali dengan terhentinya ekspansi wilayah Ottoman yang kemudian diikuti dengan lepasnya wilayah-wilayah Ottoman, kerajaan berbendera bulan sabit tersebut mencapai titik terendahnya setelah menjadi pesakitan dalam Perang Dunia I. Rentetan peristiwa tersebut lantas mendorong kelompok nasionalis sekuler di Ottoman untuk mengangkat senjata & memerangi pasukan dari negara-negara yang menduduki wilayah Ottoman. Hasilnya, mereka berhasil mengalahkan negara-negara tadi, sekaligus mengubah Turki dari yang awalnya berbentuk kesultanan menjadi republik.

Oleh masyarakat di luar Turki, peristiwa runtuhnya Ottoman & berdirinya Republik Turki mengundang simpati sekaligus kecaman. Kecaman khususnya datang dari golongan Muslim konservatif karena akibat peristiwa tersebut, Turki tidak lagi menjadi negara Islam. Kecaman juga datang dari orang-orang di luar etnis Turki karena pemerintah Turki cenderung mengucilkan hak-hak dari etnis minoritas Turki, misalnya etnis Kurdi. Namun, simpati juga datang dari golongan liberal & sekuler yang beranggapan kalau kelompok nasionalis Turki sukses membangkitkan Turki dari yang awalnya merupakan negara terbelakang di Eropa menjadi salah satu kekuatan regional seperti sekarang.

LATAR BELAKANG

Ottoman di masa jayanya merupakan salah satu negara terbesar di dunia. Wilayah kekuasannya membentang di atas Benua Eropa, Asia, & Afrika. Namun secara berangsur-angsur, kedigdayaan Ottoman mulai terkikis akibat beragam faktor. Sektor industri & militernya terlambat mengalami modernisasi. Wilayah-wilayahnya dicaplok atau melepaskan diri 1 per 1. Sementara wilayah Ottoman yang masih tersisa dilanda sentimen nasionalisme & separatisme. Semakin merosotnya kekuatan Ottoman lantas membuat negara kesultanan tersebut mendapat julukan "Sick Man of Europe" (Orang Sakit Eropa).

Wilayah Ottoman di tahun 1914. (Sumber)
Bulan Juli 1914, putra mahkota Austria-Hongaria tewas ditembak oleh Gavrilo Princip, anggota dari kelompok ekstrimis Serbia yang bernama Crna Ruka. Merasa geram dengan peristiwa tersebut, Austria-Hongaria lalu menyatakan perang kepada Serbia. Rusia selaku sekutu Serbia kemudian ganti menyatakan perang kepada Austria-Hongaria. Bagaikan barisan domino yang tumbang secara beruntun, negara-negara Eropa lain turut melibatkan diri dalam perang sehingga pecahlah Perang Dunia I. Ottoman saat itu memiliki perjanjian militer rahasia dengan Jerman, namun Ottoman masih enggan melibatkan diri dalam perang karena merasa dalam kondisi tidak siap untuk mengikuti perang skala besar.

3 bulan berlalu, negara-negara musuh Jerman akhirnya turut menyatakan perang kepada Ottoman karena Ottoman bersedia menampung kapal perang Jerman di perairannya. Awalnya Ottoman masih sanggup menyulitkan negara-negara Sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, & Rusia. Namun seiring berjalannya waktu, Ottoman akhirnya mulai kepayahan, terlebih setelah orang-orang Arab di wilayahnya melakukan pemberontakan. Merasa tidak sanggup lagi kalau harus melanjutkan perang, Ottoman terpaksa mengibarkan bendera putih pada tahun 1918.

Tahun 1920, perundingan damai dilakukan di Sevres, Swiss. Berdasarkan hasil perundingan tersebut, Ottoman harus kehilangan sebagian besar wilayahnya ke negara-negara pemenang perang. Inggris memperoleh Afrika Utara, Transjordan, & pesisir selatan Jazirah Arab. Perancis mendapat daerah Syam / Levant. Armenia memperoleh Anatolia timur laut. Yunani diperbolehkan menempatkan pasukannya di Thracia timur & Anatolia barat. Sementara sisa-sisa wilayah Asia Barat dibiarkan menjadi negara-negara baru. Perjanjian Sevres juga memberikan izin kepada negara-negara Sekutu untuk menempatkan pasukannya di Konstantinopel (sekarang Istanbul).

Oleh golongan nasionalis Turki, Perjanjian Sevres dianggap sebagai perjanjian yang menginjak-injak harga diri Bangsa Turki. Mereka juga mengkritik Sultan Ottoman karena bersedia membiarkan negara-negara Sekutu (Entente) menempatkan pasukannya di wilayah Ottoman. Ketika gerak-gerik mereka dianggap membahayakan kepentingan Sekutu, Inggris yang dibantu oleh aparat Ottoman lantas membubarkan parlemen & melakukan razia besar-besaran. Buntutnya, golongan nasionalis Turki lantas berkesimpulan kalau mereka harus menempuh metode perjuangan bersenjata kalau ingin mengakhiri kekuasaan negara-negara Sekutu di tanah Turki.


TERJADINYA PERANG KEMERDEKAAN TURKI

Bulan Maret 1920, sebagai bentuk penolakan atas Traktat Sevres & terlalu patuhnya rezim Ottoman kepada negara-negara Sekutu, kelompok nasionalis Turki mendirikan pemerintahan tandingan di Ankara, Anatolia tengah, dengan Mustafa Kemal Pasha sebagai pemimpinnya. Dengan memanfaatkan sisa-sisa stok persenjataan militer Ottoman & pengalaman para milisi nasionalis semasa masih menjadi tentara Ottoman, pasukan nasionalis memulai Perang Kemerdekaan Turki. Secara garis besar, perang ini bisa dibagi ke dalam 3 front : front barat (Turki versus Yunani), front selatan (versus Perancis), & front timur (versus Armenia).

Bulan Januari 1920, pasukan nasionalis Turki menyerbu kota Marash, Anatolia selatan, yang sedang dikuasai oleh pasukan Perancis. Sebulan kemudian, pasukan nasionalis Turki akhirnya berhasil merebut Marash di mana pertempuran tersebut juga diwarnai dengan aksi-aksi pembunuhan terhadap penduduk etnis Armenia setempat atas tuduhan bekerja sama dengan pasukan Perancis. Bulan Oktober 1920, giliran kota Kars di Turki timur laut yang berhasil direbut pasukan Turki dari tangan Armenia. Khawatir kalau pasukan Turki akan mencaplok seluruh wilayah Armenia dalam waktu dekat, Armenia terpaksa menyerahkan wilayah Anatolia timur laut ke tangan kelompok nasionalis Turki pada akhir tahun 1920.

Sukses menjinakkan wilayah Anatolia timur & selatan, kelompok nasionalis Turki kini mengalihkan fokusnya ke Anatolia barat yang sedang dikuasai Yunani. Bulan Januari & Maret 1921, pasukan nasionalis Turki berhasil mengalahkan pasukan Yunani di Inonu 2 kali. Berkat kemenangan tersebut, ambisi pasukan Yunani untuk menerobos ke wilayah Anatolia tengah berhasil dihambat. Namun pada bulan Juli 1921, melalui sebuah serangan besar-besaran, pasukan Yunani berhasil memukul mundur pasukan Turki ke sisi timur Sungai Sakarya. Pada periode ini, Turki juga berhasil mendapatkan bantuan emas & persenjataan dari kelompok komunis Rusia, sebagai imbalan karena kelompok nasionalis Turki bersedia mengakui kekuasaan Rusia atas Kaukasus (daerah yang di era Ottoman kerap menjadi sumber sengketa dengan Rusia).

Bulan September 1921, sebagai akibat dari terbatasnya logistik yang dimiliki oleh Yunani, Yunani memutuskan untuk berhenti melanjutkan kampanye militernya & fokus mempertahankan wilayah Anatolia yang masih mereka kuasai. Sesudah itu, Anatolia barat sempat memasuki periode damai untuk sementara. Periode damai tersebut lalu dimanfaatkan oleh kelompok nasionalis Turki untuk memperkuat diri. Tepat setahun kemudian alias pada bulan Agustus 1922, perang kembali meletus setelah pasukan Turki melakukan serangan ke wilayah Anatolia barat. Sebulan kemudian, sebagian besar wilayah Anatolia barat sudah jatuh ke tangan nasionalis Turki & mereka kini bersiap untuk menyerbu Konstantinopel.

Invasi pasukan nasionalis Turki ke Konstantinopel tidak pernah terjadi karena mereka menerima tawaran gencatan senjata & perundingan damai dari perwakilan negara-negara Sekutu. Setahun kemudian atau tepatnya pada bulan Juli 1923, dicapailah perjanjian damai permanen yang dikenal sebagai "Traktat Lausanne" (Lausanne adalah nama dari sebuah kota di Swiss). Berdasarkan traktat tersebut, negara-negara Sekutu mengakui wilayah Anatolia & Thracia timur (termasuk Konstantinopel) sebagai wilayah berdaulat negara Turki bentukan kelompok nasionalis setempat.

Sumber : www.re-tawon.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEJARAH RUNTUHNYA OTTOMAN TAHUN 1981"

Post a Comment